Oenak Rasane, Gurih tur Muarreeeeemmm Tenan...!
Bintara - kulinerkuliner.com
KELEZATAN sebuah sajian sebenarnya ada di bumbu dan bagaimana pembuatannya. Bila bumbunya saja sudah berani (tidak ada kompromi) maka tinggal bagaimana mengolah sajiannya dengan penuh rasa menjadi syarat berikutnya.
Meski sebuah warung makan sederhana seperti Mie Ayam Pak Dhe yang berlokasi di jalan Bintara VIII ada di sebuah kampung yang agak jauh dari keramaian, tetapi kelezatannya yang kondang tak bisa dibatasi. Itulah yang dialami oleh pengusaha kuliner ringan yang akhirnya beralih menjadi pedagang mie ayam. Sang pemilik yang bernama asli Sunarno dan akrab dipanggil Pak Dhe ini memang pernah berbisnis catering kue-kue basah dengan PT Astra Motor International. Sebagai supplier makanan ringan berupa kue basah seperti lontong, tahu isi, piscok, uli goreng hingga bakwan ini pernah mensuplai sedikitnya 2000-an potong kue basah per harinya buat perusahan otomotif besar Indonesia itu.
Dari kontrak orderan suplai makanan ringan inilah, Pak Dhe membangun fasilitas penunjang untuk membuka warung mie ayam yang lebih lengkap. Mulai dari kanopi, jet-pump hingga gerobak mie ayam. Kebetulan ada satu keluarganya yang membuka usaha industri mie basah khusus untuk mie ayam. Pak Dhe memutuskan untuk membuka warung mie ayam bersama istrinya setahun lalu. Akhir lebaran tahun 2010 ini ia dan keluarganya mendapat berkah dari usaha mie ayam yang tak terlalu melelahkan seperti usaha kue basahnya. Ya di usianya yang sudah senja, Pak Dhe lebih menyukai buka warung mie ayam agar tak terlalu lelah.
Bu Dhe sendiri mengatakan, "Yang buat kami bisa enjoy menjalankan usaha warungan ini." Semenjak mendapatkan kontrak catering makanan ringan dengan PT Astra kemudian mereka menghentikan dengan alsan terlalu capek, mereka merasa perlu buka usaha yang tidak terlalu memforsir tenaga dan konsentrasi.
Pak Dhe, lelaki kelahiran Jakarta, 7 Oktober 1953 yang berdarah Pacitan ini juga mengakui keputusannya buka usaha warung mie ayam ditunjang oleh keahlian Bu Dhe memasak aneka masakan. "Yang penting berani dalam bumbu, tapi juga tidak terlalu berlebihan." sela sang istri di tengah perbincangan kami.
Ada beberapa hal yang menjadi perhatian kulinerkuliner.com, yang pertama adalah bahan baku mulai dari bahan pokok hingga bumbu rempah-rempah. Mulai dari cabe rawit merah dan bumbu-bumbu rempah. Bu Dhe selalu belanja secara khusus saat memilih.
Ketika harga cabe rawit melonjak saja, Bu dhe dan Pak Dhe merasakan berkah usahanya saat belanja jauh-jauh hari sebelum lonjakan harga. "Saat itu harga cabe rawit masih sepuluh ribu per kilonya," ungkap Pak Dhe. Karena seringnya beli cabe per harinya dan bersisa, maka Bu Dhe menjemur cabe-cabe yang berkualitas terbaik, kemudian setelah itu disimpan dalam lemari pendingin. Jadi saat harganya melonjak tajam, mereka tetap tenang tak kuatir dengan bahan baku sambel mie ayamnya. Memang makanan apapun, sambel adalah kunci dari lezatnya sebuah sajian, apapun itu.
Kemudian juga ayamnya. Bu Dhe selalu membeli ayam khusus mie ayam, yang biasanya dijual kiloan. Meski dari jenis ayam negeri, dagingnya memang dikhususkan untuk racikan potongan khusus buat mie ayam. "Kalau ayam kampung biasanya akan 'mempes' (bahasa Jawa= menyusut) sedangkan ayam khusus petelur ini tidak demikian." tambahnya meyakinkan.
Di samping itu mie ayamnya yang diambil secara khusus dari saudaranya yang punya industri mie rumahan. Karena tanpa pengawet, maka mie basahnya disimpan dalam freezer khusus sehingga awet untuk pemakaian seminggu. Rasa dan tekstur terjaga karena Bu Dhe diberi tahu rahasianya dari seorang pengusaha Cina yang berdagang khusus mie.
Sedangkan sawinya juga merupakan belanja pilihan Bu Dhe yang biasanya mempunyai batang tangkai pendek dan muda. "Kami tidak pernah memilih sawi tua atau yang berbatang panjang," ungkap Pak Dhe. Karena di samping pelanggan lebih suka dengan daun sawinya, kalau ditimbang jumlahnya lebih banyak daun sawi muda yang berbatang pendek dibandingkan dengan yang tua dengan harga yang sama, jelas lelaki beranak 1 dan bercucu 2 orang ini.
Seperti biasanya, kurang afdhol kalau saya tidak mencoba nikmatnya mie olahan Bu Dhe yang asli kelahiran Boyolali ini. Kebetulan keluarga Bu Dhe juga jago masak, sehingga bakat masaknya ini sudah turun temurun. Dan saat saya mencicipi mie ayam Pak Dhe... hmmm benar saja... Oenak Rasane... Gurih tur Muarem Tenan....!!! (Hehehehe jago kan bahasa Jawa gue?)
Warung sederhana Mie Ayam Pak Dhe sangat kebetulan berdekatan dengan SDN Bintara IV dan V serta SMPN 14 Bekasi dan sebuah STM. Jadi bilang siang hari warung ini diramaikan oleh anak sekolah. Hal ini karena harga mie ayam per porsinya adalah Rp 5.000,- sementara Mie Ayam komplit plus bakso cuma Rp 7.000,- dan bakso saja 3 butir cuma Rp 3.000,- "Maklum lah murah Mas," papar Pak Dhe. "Harga di kampung mana bisa mahal-mahal... nanti pelanggan kapok!" katanya sambil tertawa.
Melihat pelanggan serta rasa mie ayamnya wajar saja sehari Pak Dhe bisa menghabiskan sedikitnya 3 kg mie. "Bila tanggal muda bisa mencapai 4 sampai 5 kg mie per harinya," tambah Bu Dhe.
Bila Anda tertarik untuk antar pesan di sekitar wilayah Bintara VIII dengan minimal pesanan 10 mangkok, bisa langsung menghubungi (021) 889.3634 dengan Pak Dhe Sunarno.
Sekali Anda mencoba, pasti Oenak Rasane, Gurih tur Muarreeemmm tenan!!!
Meski sebuah warung makan sederhana seperti Mie Ayam Pak Dhe yang berlokasi di jalan Bintara VIII ada di sebuah kampung yang agak jauh dari keramaian, tetapi kelezatannya yang kondang tak bisa dibatasi. Itulah yang dialami oleh pengusaha kuliner ringan yang akhirnya beralih menjadi pedagang mie ayam. Sang pemilik yang bernama asli Sunarno dan akrab dipanggil Pak Dhe ini memang pernah berbisnis catering kue-kue basah dengan PT Astra Motor International. Sebagai supplier makanan ringan berupa kue basah seperti lontong, tahu isi, piscok, uli goreng hingga bakwan ini pernah mensuplai sedikitnya 2000-an potong kue basah per harinya buat perusahan otomotif besar Indonesia itu.
Dari kontrak orderan suplai makanan ringan inilah, Pak Dhe membangun fasilitas penunjang untuk membuka warung mie ayam yang lebih lengkap. Mulai dari kanopi, jet-pump hingga gerobak mie ayam. Kebetulan ada satu keluarganya yang membuka usaha industri mie basah khusus untuk mie ayam. Pak Dhe memutuskan untuk membuka warung mie ayam bersama istrinya setahun lalu. Akhir lebaran tahun 2010 ini ia dan keluarganya mendapat berkah dari usaha mie ayam yang tak terlalu melelahkan seperti usaha kue basahnya. Ya di usianya yang sudah senja, Pak Dhe lebih menyukai buka warung mie ayam agar tak terlalu lelah.
Bu Dhe sendiri mengatakan, "Yang buat kami bisa enjoy menjalankan usaha warungan ini." Semenjak mendapatkan kontrak catering makanan ringan dengan PT Astra kemudian mereka menghentikan dengan alsan terlalu capek, mereka merasa perlu buka usaha yang tidak terlalu memforsir tenaga dan konsentrasi.
Pak Dhe, lelaki kelahiran Jakarta, 7 Oktober 1953 yang berdarah Pacitan ini juga mengakui keputusannya buka usaha warung mie ayam ditunjang oleh keahlian Bu Dhe memasak aneka masakan. "Yang penting berani dalam bumbu, tapi juga tidak terlalu berlebihan." sela sang istri di tengah perbincangan kami.
RAHASIANYA ADA DI BAHAN BAKU MASAKAN MIE AYAM
Ada beberapa hal yang menjadi perhatian kulinerkuliner.com, yang pertama adalah bahan baku mulai dari bahan pokok hingga bumbu rempah-rempah. Mulai dari cabe rawit merah dan bumbu-bumbu rempah. Bu Dhe selalu belanja secara khusus saat memilih.
Ketika harga cabe rawit melonjak saja, Bu dhe dan Pak Dhe merasakan berkah usahanya saat belanja jauh-jauh hari sebelum lonjakan harga. "Saat itu harga cabe rawit masih sepuluh ribu per kilonya," ungkap Pak Dhe. Karena seringnya beli cabe per harinya dan bersisa, maka Bu Dhe menjemur cabe-cabe yang berkualitas terbaik, kemudian setelah itu disimpan dalam lemari pendingin. Jadi saat harganya melonjak tajam, mereka tetap tenang tak kuatir dengan bahan baku sambel mie ayamnya. Memang makanan apapun, sambel adalah kunci dari lezatnya sebuah sajian, apapun itu.
Kemudian juga ayamnya. Bu Dhe selalu membeli ayam khusus mie ayam, yang biasanya dijual kiloan. Meski dari jenis ayam negeri, dagingnya memang dikhususkan untuk racikan potongan khusus buat mie ayam. "Kalau ayam kampung biasanya akan 'mempes' (bahasa Jawa= menyusut) sedangkan ayam khusus petelur ini tidak demikian." tambahnya meyakinkan.
Di samping itu mie ayamnya yang diambil secara khusus dari saudaranya yang punya industri mie rumahan. Karena tanpa pengawet, maka mie basahnya disimpan dalam freezer khusus sehingga awet untuk pemakaian seminggu. Rasa dan tekstur terjaga karena Bu Dhe diberi tahu rahasianya dari seorang pengusaha Cina yang berdagang khusus mie.
Sedangkan sawinya juga merupakan belanja pilihan Bu Dhe yang biasanya mempunyai batang tangkai pendek dan muda. "Kami tidak pernah memilih sawi tua atau yang berbatang panjang," ungkap Pak Dhe. Karena di samping pelanggan lebih suka dengan daun sawinya, kalau ditimbang jumlahnya lebih banyak daun sawi muda yang berbatang pendek dibandingkan dengan yang tua dengan harga yang sama, jelas lelaki beranak 1 dan bercucu 2 orang ini.
Seperti biasanya, kurang afdhol kalau saya tidak mencoba nikmatnya mie olahan Bu Dhe yang asli kelahiran Boyolali ini. Kebetulan keluarga Bu Dhe juga jago masak, sehingga bakat masaknya ini sudah turun temurun. Dan saat saya mencicipi mie ayam Pak Dhe... hmmm benar saja... Oenak Rasane... Gurih tur Muarem Tenan....!!! (Hehehehe jago kan bahasa Jawa gue?)
Warung sederhana Mie Ayam Pak Dhe sangat kebetulan berdekatan dengan SDN Bintara IV dan V serta SMPN 14 Bekasi dan sebuah STM. Jadi bilang siang hari warung ini diramaikan oleh anak sekolah. Hal ini karena harga mie ayam per porsinya adalah Rp 5.000,- sementara Mie Ayam komplit plus bakso cuma Rp 7.000,- dan bakso saja 3 butir cuma Rp 3.000,- "Maklum lah murah Mas," papar Pak Dhe. "Harga di kampung mana bisa mahal-mahal... nanti pelanggan kapok!" katanya sambil tertawa.
Melihat pelanggan serta rasa mie ayamnya wajar saja sehari Pak Dhe bisa menghabiskan sedikitnya 3 kg mie. "Bila tanggal muda bisa mencapai 4 sampai 5 kg mie per harinya," tambah Bu Dhe.
Bila Anda tertarik untuk antar pesan di sekitar wilayah Bintara VIII dengan minimal pesanan 10 mangkok, bisa langsung menghubungi (021) 889.3634 dengan Pak Dhe Sunarno.
Sekali Anda mencoba, pasti Oenak Rasane, Gurih tur Muarreeemmm tenan!!!
Sidik Rizal - bukankelanakuliner.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar